MAKALAH
ILMU SOSIAL DASAR
Gepeng (Gelandangan dan Pengemis) dan
PSK (Pekerja Seks Komersial)
Dosen : Edi Fakhri
Disusun
oleh:
Ulfa Hidayati (56415970)
Kelas :
1IA21
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK INFORMATIKA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya yang telah menganugerahkan kepada kita semua buah
kecerdasan yaitu otak, dengan kapasitor memori yang besar, sehingga kita
sebagai khalifah di muka bumi ini, merupakan makhluk yang paling mulia
derajatnya dari sebaik-baik kejadian dari semua makhluk yang diciptakan Allah.
Shalawat dan salam senantiasa
terpanjatkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam
kegelapan menuju dunia yang terang benderang, sampai dengan saat ini.
Alhamdulillahirobbil alamin, dalam kesempatan kali ini saya menyusun sebuah
makalah yang berjudul “Gepeng (Gelandangan dan Pengemis) dan PSK (Pekerja Seks
Komersial)” makalah ini dibuat sebagai tugas dari mata kuliah Ilmu Sosial Dasar
yang bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa masalah soasial yang ada di
sekitar kita yaitu gepeng dan PSK yang masih belum terselesaikan hingga saat
ini.
Terima kasih saya ucapkan kepada
Bapak Edi Fakhri selaku dosen mata kuliah Ilmu Sosial dasar yang telah
memberikan tugas ini sehingga saya dapat menambah pemahaman saya tentang
permasalahan sosial seperti gepeng dan PSK.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi
Pembaca sekalian dan dapat menambah ilmu pengetahuan Pembaca tentang
permasalahan sosial serta diharap dapat mencari jalan keluar dari permasalahan
sosial tersebut. Penyusun pun senantiasa mengharapkan masukan dari Pembaca,
baik kritikan ataupun saran. Karena kami tak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Terima Kasih. Selamat Membaca.
Bekasi, 26 November 2015
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
..................................................................................................................
i
DAFTAR ISI
................................................................................................................................
ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
.......................................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah
..................................................................................................................
1
1.3 Tujuan
....................................................................................................................................
1
BAB II : LANDASAN TEORI
2.1 Gepeng
(Gelandangan dan Pengemis) .................................................................................
5
2.2 PSK (Pekerja Seks
Komersial) .............................................................................................
6
BAB III : PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Gepeng
dan PSK
.................................................................................................
6
3.2 Karakteristik
Gepeng dan PSK .............................................................................................
7
3.3 Faktor Penyebab
Timbulnya Gepeng dan PSK .....................................................................
8
3.4 Cara Mengatasi
Gepeng dan PSK .......................................................................................
10
BAB IV : PENUTUP
4.1 Kesimpulan
..........................................................................................................................
11
4.2 Saran
....................................................................................................................................
12
SUMBER ....................................................................................................................................
12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan
gelandangan dan pengemis masih tetap merebak di kota Jakarta dan kota-kota
lainnya. Tampaknya gepeng tetap menjadi masalah dari tahun ke tahun. Gelandangan
dan pengemis (gepeng) merupakan salah satu dampak negatif pembangunan,
khususnya pembangunan perkotaan. Keberhasilan percepatan pembangunan di wilayah
perkotaan dan sebaliknya keterlambatan pembangunan di wilayah pedesaan
mengundang arus migrasi desa-kota yang antara lain memunculkan gepeng karena
sulitnya pemukiman dan pekerjaan di wilayah perkotaan dan pedesaan. Dampak
tersebut membuat masalah ini menjadi sangat sulit untuk dihindari. Disini
terjadi semacam hubungan sebab-akibat, yaitu, ramainya gelandangan dan pengemis
ini terjadi karena tingginya angka pembangunan di kota, namun didesa sendiri
sangat lambat bahkan tidak ada, yang menyebabkan masyarakat miskin pergi ke
kota dan pada akhirnya menjadi gelandangan dan pengemis. Dengan berkembangnya
gepeng maka diduga akan memberi peluang munculnya gangguan keamanan dan
ketertiban, yang pada akhirnya akan menganggu stabilitas sehingga pembangunan
akan terganggu, serta cita-cita nasional tidak dapat diwujudkan. Jelaslah
diperlukan usaha-usaha penanggulangan gepeng tersebut. Ini terjadi karena
gelandangan dan pengemis ini pada hakikatnya erat terkait dengan masalah
ketertiban dan keamanan di daerah perkotaan.
Di Indonesia,
selain gepeng, terdapat masalah sosial lainnya yang masih belum dapat
terselesaikan hingga saat ini, yaitu PSK (Pekerja Seks Komersial) atau kasarnya
bisa disebut dengan pelacur. Wanita-wanita yang status ekonominya rendah,
ataupun ditinggal pasangannya menjadikan dia sebagai seorang pekerja seks
komersial (PSK). Atau kata yang lebih samar adalah kupu-kupu malam.
Berdasarkan
analisis situasi yang dilakukan oleh seorang aktivis Hak-hak Anak, Mohammad
Farid, pada tahun 1998, diperkirakan ada 40.000-70.000 anak-anak yang
dilacurkan atau 30% dari jumlah PSK di Indonesia. UNDP mengestimasikan tahun
2003 di Indonesia terdapat 190 ribu hingga 270 ribu pekerja seksual komersial
dengan 7 hingga 10 juta pelanggan.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan gepeng dan PSK ?
2.
Bagaimanakah karakteristik gepeng dan PSK yang berkembang di
sekitar kita ?
3. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan timbulnya
permasalahan sosial seperti gepeng dan PSK ?
4.
Bagaimana cara menyelesaikan permasalahan sosial seperti
gepeng dan PSK ?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian dari gepeng dan PSK.
2.
Untuk meningkatkan pemahaman tentang karakteristik gepeng dan
PSK di sekitar kita.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya
permasalahan sosial seperti gepeng dan PSK.
4.
Untuk mengetahui cara mengatasi permasalahan sosial seperti
gepeng dan PSK.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Gepeng (Gelandangan dan Pengemis)
Istilah
gelandangan berasal dari kata gelandangan, yang artinya selalu berkeliaran atau
tidak pernah mempunyai tempat kediaman tetap (Suparlan, 1993 : 179). Pada
umumnya para gelandangan adalah kaum urban yang berasal dari desa dan mencoba
nasib dan peruntungannya di kota, namun tidak didukung oleh tingkat pendidikan
yang cukup, keahlian pengetahuan spesialisasi dan tidak mempunyai modal uang.
Sebagai akibatnya, mereka bekerja serabutan dan tidak tetap, terutamanya di
sektor informal, semisal pemulung, pengamen dan pengemis. Weinberg (1970 :
143-144) menggambarkan bagaimana gelandangan dan pengemis yang masuk dalam
kategori orang miskin di perkotaan sering mengalami praktek diskriminasi dan
pemberian stigma yang negatif. Dalam kaitannya dengan ini, Rubington &
Weinberg (1995 : 220) menyebutkan bahwa pemberian stigma negatif justru
menjauhkan orang pada kumpulan masyarakat normal. Dengan mengutip definisi
operasional Sensus Penduduk maka gelandangan terbatas pada mereka yang tidak
memiliki tempat tinggal yang tetap, atau tempat tinggal tetapnya tidak berada
pada wilayah pencacahan. Karena wilayah pencacahan telah habis membagi tempat
hunian rumah tinggal yang lazim maka yang dimaksud dengan gelandangan dalam hal
ini adalah orang-orang yang bermukim pada daerah daerah bukan tempat tinggal
tetapi merupakan konsentrasi hunian orang-orang seperti di bawah jembatan,
kuburan, pinggiran sungai, emper took, sepanjang rel kereta api, taman, pasar,
dan konsentrasi hunian gelandangan yang lain. Pengertian gelandangan tersebut
memberikan pengertian bahwa mereka termasuk golongan yang mempunyai kedudukan
lebih terhormat daripada pengemis. Gelandangan pada umumnya mempunyai pekerjaan
tetapi tidak memiliki tempat tinggal yang tetap (berpindah-pindah).
Sebaliknya
pengemis hanya mengharapkan belas kasihan orang lain serta tidak tertutup
kemungkinan golongan ini mempunyai tempat tinggal yang tetap. Dengan beberapa
pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Gelandangan adalah orang-orang yang
hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan kehidupan normal yang layak dalam
masyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang
tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum serta mengganggu
Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan. Sedangkan Pengemis adalah orang-orang
yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai
cara dan alasan untuk mengharap belas kasihan dari orang lain serta mengganggu
ketertiban umum.
2.2
PSK (Pekerja Seks Komersial)
Pekerja seks
komersial adalah seseorang yang menjual jasanya untuk melakukan hubungan
seksual untuk uang. Di Indonesia pelacur (pekerja seks komersial) sebagai
pelaku pelacuran sering disebut sebagai sundal atau sundel. Ini menunjukkan
bahwa prilaku perempuan sundal itu sangat begitu buruk hina dan menjadi musuh
masyarakat, mereka kerap digunduli bila tertangkap aparat penegak ketertiban,
Mereka juga digusur karena dianggap melecehkan kesucian agama dan mereka juga
diseret ke pengadilan karena melanggar hukum. Pekerjaan melacur atau nyundal sudah
dikenal di masyarakat sejak berabad lampau ini terbukti dengan banyaknya
catatan tercecer seputar mereka dari masa kemasa. Sundal selain meresahkan juga
mematikan, karena merekalah yang ditengarai menyebarkan penyakit AIDS akibat
perilaku sex bebas tanpa pengaman bernama kondom.
Pelacur
adalah profesi yang menjual jasa untuk memuaskan kebutuhan seksual pelanggan.
Biasanya pelayanan ini dalam bentuk menyewakan tubuhnya. Di kalangan masyarakat
Indonesia, pelacuran dipandang negatif, dan mereka yang menyewakan atau menjual
tubuhnya sering dianggap sebagai sampah masyarakat. Ada pula pihak yang
menganggap pelacuran sebagai sesuatu yang buruk, malah jahat, namun toh
dibutuhkan (evil necessity). Pandangan ini didasarkan pada anggapan bahwa
kehadiran pelacuran bisa menyalurkan nafsu seksual pihak yang membutuhkannya
(biasanya kaum laki-laki); tanpa penyaluran itu, dikhawatirkan para
pelanggannya justru akan menyerang dan memperkosa kaum perempuan baik-baik.
Salah seorang yang mengemukakan pandangan seperti itu adalah Augustinus dari
Hippo (354-430), seorang bapak gereja. Ia mengatakan bahwa pelacuran itu ibarat
"selokan yang menyalurkan air yang busuk dari kota demi menjaga kesehatan
warga kotanya."
Istilah
pelacur sering diperhalus dengan pekerja seks komersial, wanita tuna susila,
istilah lain yang juga mengacu kepada layanan seks komersial. Khusus laki-laki,
digunakan istilah gigolo.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Pengertian Gepeng dan PSK
a.
Gepeng
Gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam
keadaan tidak sesuai dengan kehidupan normal yang layak dalam masyarakat
setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di
wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum serta mengganggu
Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan. Sedangkan Pengemis adalah orang-orang
yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai
cara dan alasan untuk mengharap belas kasihan dari orang lain serta mengganggu
ketertiban umum.
b.
PSK
Pekerja seks komersial adalah seseorang yang menjual jasanya untuk
melakukan hubungan seksual untuk uang. Pelacur adalah profesi yang menjual jasa
untuk memuaskan kebutuhan seksual pelanggan. Biasanya pelayanan ini dalam
bentuk menyewakan tubuhnya.
3.2
Karakteristik Gepeng dan PSK
a.
Ciri dan Karakteristik Gepeng
Ciri-ciri dari gepeng (gelandangan dan pengemis) yaitu :
1 Tidak memiliki tempat tinggal. Kebanyakan dari gepeng dan
pengemis ini tidak memiliki tempat hunian atau tempat tinggal. Mereka biasa
mengembara di tempat umum. Tidak memiliki tempat tinggal yang layak huni,
seperti di bawah kolong jembatan, rel kereta api, gubuk liar di sepanjang
sungai, emper toko dan lain-lain
2 Hidup di bawah garis kemiskinan. Para gepeng tidak memiliki
penghasilan tetap yang bisa menjamin untuk kehidupan mereka ke depan bahkan
untuk sehari-hari mereka harus mengemis atau memulung untuk membeli makanan
untuk kehidupannya.
3 Hidup dengan penuh ketidakpastian. Para gepeng hidup
mengelandang dan mengemis di setiap harinya. Kondisi ini sangat memprihatikan
karena jika mereka sakit mereka tidak bisa mendapat jaminan sosial seperti yang
dimiliki oleh pegawai negeri yaitu ASKES untuk berobat dan lain lain. Memakai
baju yang compang camping. Gepeng biasanya tidak pernah menggunakan baju yang
rapi atau berdasi melainkan baju yang kumal dan dekil.
4
Tidak memiliki pekerjaan tetap yang layak, seperti pencari
puntungrokok, penarik grobak.
5 Tuna etika, dalam arti saling tukar-menukar istri atau suami,
kumpulkebo atau komersialisasi istri dan lain-lainnya.
6 Meminta-minta di tempat umum. Seperti terminal bus,
stasiunkereta api, di rumah-rumah atau ditoko-toko.
7 Meminta-minta dengan cara berpura-pura atau sedikit memaksa,
disertai dengan tutur kata yang manis dan ibah. Namun secara spesifik,
Karakteristik Gepeng dapat dibagi menjadi :
Karakteristik Gelandangan :
1) Anak sampai usia dewasa (laki-laki/perempuan) usia 18-59
tahun, tinggal di sembarang tempat dan hidup mengembara atau menggelandang di
tempat-tempat umum, biasanya di kota-kota besar.
2) Tidak mempunyai tanda pengenal atau identitas diri,
berperilaku kehidupan bebas/liar, terlepas dari norma kehidupan masyarakat pada
umumnya.
3) Tidak mempunyai pekerjaan tetap, meminta-minta atau mengambil
sisa makanan atau barang bekas.
Karakteristik Pengemis :
1)
Anak sampai usia dewasa (laki-laki/perempuan) usia 18-59
tahun.
2) Meminta-minta di rumah-rumah penduduk, pertokoan,
persimpangan jalan (lampu lalu lintas),
pasar, tempat ibadah dan tempat umum lainnya.
3) Bertingkah laku untuk mendapatkan belas kasihan ;
berpura-pura sakit, merintih dan kadang-kadang mendoakan dengan bacaan-bacaan
ayat suci, sumbangan untuk organisasi tertentu.
4) Biasanya mempunyai tempat tinggal tertentu atau tetap,
membaur dengan penduduk pada umumnya. Menurut Soetjipto Wirosardjono mengatakan
ciri-ciri dasar yang melekat pada kelompok masyarakat yang dikatagorikan
gelandangan adalah:”mempunyai lingkungan pergaulan, norma dan aturan
tersendiri yang berbeda dengan lapisan masyarakat yang lainnya, tidak memliki
tempat tinggal, pekerjaandan pendapatan yang layak dan wajar menurut yang
berlaku memiliki sub kultur khas yang mengikat masyarakat tersebut
b.
Ciri dan Karakteristik PSK
Pelacuran dipandang negatif, dan mereka yang menyewakan atau menjual
tubuhnya sering dianggap sebagai sampah masyarakat. Ada pula pihak yang
menganggap pelacuran sebagai sesuatu yang buruk, malah jahat, namun toh
dibutuhkan (evil necessity). Pandangan ini didasarkan pada anggapan bahwa
kehadiran pelacuran bisa menyalurkan nafsu seksual pihak yang membutuhkannya
(biasanya kaum laki-laki); tanpa penyaluran itu, dikhawatirkan para
pelanggannya justru akan menyerang dan memperkosa kaum perempuan baik-baik.
3.3
Faktor-faktor Timbulnya Gepeng dan
PSK
a. Faktor-faktor
yang menjadi penyebab timbulnya Gepeng secara umum :
1) Urbanisasi
Kebanyakan
dari para gepeng merupakan kaum urban yang pada awalnya bertujuan untuk mengadu
nasib di Ibu Kota untuk meningkatkan taraf hidup yang masih kurang di kampung
halamannya. Akan tetapi, dengan minimnya kualitas Sumber Daya Manusia serta
dengan semakin sedikit lapangan pekerjaan yang ada, sehingga mereka menjadi
pengangguran di Ibu Kota dan menjadikan ‘pengemis’ sebagai pekerjaan mereka
sehari-hari.
2) Rendahnya keterampilan
Rendahnya
keterampilan merupakan faktor intrinsik yang sangat berpengaruh. Orang-orang
yang datang ke Ibu Kota untuk merantau tanpa sebuah keahlian menjadikan peluang
hidup seseorang tersebut sangat minim. Mereka datang ke Ibu Kota tanpa sebuah
persiapan yang matang, mereka hanya bermodalkan semangat serta iming-iming
mendapat pekerjaan yang lebih baik di Ibu Kota.
3) Pendidikan Rendah
Kebanyakan
gepeng di Ibu Kota sangat minim dunia
pendidikan. Kebanyakan dari mereka hanya tamatan SD bahkan ada yang belum
sekolah. Ini membuat sulit bersaing untuk hidup di daerang yang biaya hidupnya lumayan
mahal seperti di Ibu Kota ini.
4) Mempunyai kelemahan fisik atau penyakit.
Terdapat
bebrapa orang di antara gepeng-gepeng di Ibu Kota yang menderita cacat fisik
dan penyakit semacamnya. Sehingga mereka terbatas untuk melakukan pekerjaan.
Faktanya, yang normal saja susah untuk bekerja, apalagi yang cacat. Terlebih
mereka tidak mempunyai keluarga yang dapat mengurusi mereka dan memberi mereka
kehidupan yang layak.
5) Lingkungan
Saat
ini, ada beberapa orang anak yang menjadi gepeng dikarenakan terlahir
dilingkungan gepeng. Artinya, Anak-anak yang terlahir dari orang tua yang
sebagai gepeng, secara tidak langsung telah menambah jumlah gepeng dengan
proses kelahiran. Ini menjadi faktor yang juga sangat memprihatinkan. Nantinya
anak-anak tersebut akan kesulitan juga untuk mendapat pendidikan dan kehidupan
yang layak.
Dari
sekian faktor yang ada, ada 5 faktor yang menjadi penyebab adanya gelandangan
di Ibu Kota yaitu Urbanisasi, Keterampilan, Pendidikan, Kelemahan Fisik dan
Lingkungan. Hal itu menjadi dasar yang membuat orang-orang tersebut terpaksa
menjadi Gepeng.
b. Faktor-faktor
yang menjadi penyebab timbulnya PSK secara umum :
Pekerja
seks komersial kebanyakan terjadi pada remaja yang diawali dengan terjadinya
pergaulan kearah seks bebas, dimana menurut para ahli, alasan seorang remaja
melakukan seks adalah sebagai berikut :
1)
Tekanan
yang datang dari teman pergaulannya
Lingkungan
pergaulan yang dimasuki oleh seorang remaja dapat juga berpengaruh untuk
menekan temannya yang belum melakukan hubungan seks, bagi remaja tersebut
tekanan dari teman-temannyaitu dirasakan lebih kuat dari pada yang didapat dari
pacarnya sendiri.
2)
Adanya
tekanan dari pacar
Karena
kebutuhan seorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus rela melakukan
apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan resiko yang akan dihadapinya.
dalam hal ini yang berperan bukan saja nafsu seksual, melainkan juga sikap
memberontak terhadap orang tuanya. Remaja lebih membutuhkan suatu hubungan,
penerimaan, rasa aman, dan harga diri selayaknya orang dewasa.
3)
Adanya
kebutuhan badaniah
Seks
menurut para ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan seseorang, jadi wajar jika semua orang tidak terkecuali remaja,
menginginkan hubungan seks ini, sekalipun akibat dari perbuatannya tersebut
tidak sepadan dengan resiko yang akan dihadapinya.
4)
Rasa
penasaran
Pada
usia remaja. keingintahuannya begitu besar terhadap seks, apalagi jika
teman-temannya mengatakan bahwa terasa nikmat, ditambah lagi adanya infomasi
yang tidak terbatas masuknya, maka rasa penasaran tersebut semakin mendorong
mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan
apa yang diharapkan.
5)
Pelampiasan
diri
Factor
ini tidak hanya datang dari diri sendiri, misalnya karena terlanjur berbuat,
seorang remaja perempuan biasanya berpendapat sudah tidak ada lagi yang dapat
dibanggakan dalam dirinya, maka dalam pikirannya tersebut ia akan merasa putus
asa dan mencari pelampiasan yang akan menjerumuskannya dalam pergaulan bebas.
6)
Lingkungan
keluarga.
Bagi
seorang remaja mungkin aturan yang diterapkan oleh kedua orang tuanya tidak
dibuat berdasarkan kepentingan kedua belah pihak (orang tua dan anak),
akibatnya remaja tersebut merasa tertekan sehingga ingin membebaskan diri
dengan menunjukkan sikap sebagai pemberontak, yang salah satunya dalam masalah
seks
3.4
Cara Mengatasi Gepeng dan PSK
a.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi PSK
Solusi dari
permasalahan gelandangan dan pengemis yaitu dengan cara rehabilitasi sosial.
Rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis yaitu proses pelayanan dan
rehabilitasi sosial yang terorganisasi dan terencana, meliputi usaha-usaha
pembinaan fisik, bimbingan mental sosial, pemberian keterampilan dan pelatihan
kerja untuk penyaluran ke tengah-tengah masyarakat. Selain itu, tujuan dari
proses rehabilitasi adalah membuat seorang menyadari potensi-potensinya dan
selanjutnya melalui sarana dan prasarana yang diberikan kepadanya berusaha
untuk mewujudkan atau mengembangakan potensi-potensi tersebut secara maksimal
untuk dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara optimal. Berdasarkan model
pelayanan maka pelayanan rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis dibagi 3
(tiga) model (Waluyo, 2002 : 35) yaitu :
1)
Sistem non Panti, model ini memberikan
pelayanan di luar panti/tidak ditampung dalam asrama. Para klien mendapat
bimbingan sosial, keterampilan dan bantuan dalam masyarakatnya masing-masing.
Sistem ini sangat terbuka dan memberikan kebebasan para klien untuk
berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya, namun kontrol dan monitoring
terhadap semua kegiatan rehabilitasi sulit dilakukan, termasuk kontrol terhadap
penggunaan bantuan stimulus dan bantuan modal lainnya.
2) Sistem Panti merupakan suatu model
pelayanan kesejahteraan sosial secara langsung. Pelayanan yang diberikan
relatif intensif karena penyandang masalah kesejahteraan sosial ditempatkan
dalam suatu rumah/panti sehingga secara teknis mudah melakukan bimbingan,
pembinaan, pemecahan masalah juga dilakukan di dalam panti dan klien terisolasi
dalam panti dan tidak dapat berinteraksi sosial secara bebas dengan masyarakat
sekitarnya.
3) Sistem Lingkungan Pondok
Sosial (liposos) sistem pembinaan penyandang masalah kesejahteran sosial yang bersifat
konfrehensif, integratif, dimana dalam kesatuan lingkungan membunuh dihukum
penjara sekian tahun, pelaku kejahatan korupsi dihukum sekian tahun dst. Dengan
demikian pendekatan hukum memandang bahwa masalah sosial terjadi. Pendekatan
ini bisa besifat preventif dalam arti masalah sosial dapat dicegah melalui
upaya sosialisasi norma-norma hukum yang berlaku dalam masyarakat maupun
bersifat kuratif atau rehabilitatif dalam arti terhadap pelaku pelanggar norma
hukum akan diberikan sanksi tertentu dan diadakan pembinaan agar dia tidak lagi
melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap norma hukum. Mereka yang berperan
dalam pendekatan ini antara lain adalah para penegak hukum maupun aparat pemerintah
yang berwajib.
b.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi PSK
Perlu ada perhatian dari kita bersama dengan cara memberikan informasi
yang cukup mengenai pendidikan seks dan Pendidikan agama. Kalau tidak ada
informasi dan pendidikan agama di khawatirkan remaja cendrung menyalah gunakan
hasrat seksualnya tanpa kendali dan tanpa pencegahan sama sekali. semua
menyedihkan, dan sekaligus berbahaya, hanya karena kurangnya tuntunan
seksualitas yang merupakan bagian dari kemanusiaan kita sendiri. Kalau
dikaitkan dengan kondisi saat ini maka sudah sewajarnyalah kita mendukung RUU
APP.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwasanya, Perilaku menggepeng erat kaitannya dengan urbanisasi,
dan urbanisasi erat kaitannya dengan adanya kesenjangan pembangunan wilayah
pedesaan dan perkotaan. Semasih adanya kesenjangan ini maka urbanisasi akan
sulit dibendung dan akan memberi peluang munculnya kegiatan sector informal
seperti kegiatan menggepeng. Pada hakikatnya tidak ada norma sosial yang
mengatur perilaku menggepeng. Kegiatan menggepeng umumnya dilakukan ibu-ibu
yang disertai dengan anak-anaknya. Mereka umumnya relatif muda dan termasuk
dalam tenaga kerja yang produktif. Pendidikan keluarga gepeng pada umumnya
rendah. Ini disebabkan karena susahnya masyarakat miskin dalam mengakses
pendidikan, juga termasuk karena anak usia sekolah terpaksa menggelandang dan
mengemis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Akhirnya kebodohan dan kemiskinan
pun seakan menjadi sebuah turunan pada keluarga tersebut. Adanya peran aktif dari berbagai kalangan
dalam hal ini dalam pengentasan kemiskinan dan juga masalah Gelandangan dan
pengemis ini. Ada beberapa langkan yang
mungkin dapat diterapkan antara lain adalah tetap menertibkan para
Gelandangan-gelandangan dan Pengemis tersebut dan berusaha untuk mengembalikan
ke kampung halamannya. Berikutnya adalah mengembangkan usaha-usaha dari desa
asal agar tidak terulang permasalahan tersebut, atau dalam kata lain tidak
membuat semacam ketimpangan pembangunan antara kota dan desa. pemenuhan
kebutuhan spiritual untuk memelihara sikap idealis yang telah ada di
masyarakat.
Selain Gepeng, Pekerja
seks komersial adalah seseorang yang menjual jasanya untuk melakukan hubungan
seksual untuk uang. Pekerja seks komersial sangat erat kaitannya dengan seks
bebas yang sekarang seringkali ditemukan seks bebas pada remaja yang disebabkan
beberapa faktor seperti: Tekanan yang datang dari teman pergaulannya, Adanya
tekanan dari pacar, Adanya kebutuhan badaniah, Rasa penasaran, ataupun Pelampiasan
diri. Perlu ada perhatian dari kita bersama dengan cara memberikan informasi
yang cukup mengenai pendidikan seks dan Pendidikan agama untuk mengatasi dan
mencegah timbulnya Pekerja Seks Komersial yang semakin meningkat.
4.2 Saran
Hendaklah kita
sebagai warga negara Indonesia ikut andil membatu pemerintah untuk mencegah dan
mengatasi timbulnya gelandangan dan pengemis di Ibu Kota serta mengontrol
remaja-remaja agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas khususnya pergaulan
seks bebas.
SUMBER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar